Mengenal Lebih Dekat Tentang Gus Wim
Pada masa di Samarinda Khoirul Taqwim bekerja dengan membantu kakaknya Riza
Umami yang saat ini sudah menyelesaikan S2nya di STAIN dan sekarang menjadi IAIN
Samarinda, dan Dia kakaknya berhasil menjadi salah satu Mahasiswi lulusan
terbaik di kampusnya. Setelah hampir satu tahun di Samarinda Khoirul Taqwim
kembali pulang dengan naik pesawat Lion Air dan akhirnya setahun kemudian
melanjutkan di bangku kuliahnya.
Setelah menyelesaikan studinya di kampus UIN Sunan Kali-Jaga Yogyakarta,
Khoirul Taqwim mengembangkan situs www.kitaberbagi.com atau disebut dengan
istilah kiber bersama adiknya Fahrul Amrullah dari alumnus Bina Sarana
Informatika, dan pada akhirnya kiber menjadi rating salah satu situs terkemuka
di kawasan Asia Tenggara menurut versi www.alexa.com. tetapi kemudian Khoirul
Taqwim dan Fahrul Amrullah dengan sengaja membekukan jejaring sosial kiber,
padahal member kiber sudah mendekati ratusan ribu, dan membernya tidak hanya
dihuni masyarakat Nusantara, tetapi membernya sudah dihuni masyarakat lintas
kawasan.
Selanjutnya, Khoirul Taqwim membangun situs kembali yang bernama
www.usahabatik.com, namun dalam keberlanjutannya Khoirul Taqwim membekukan
kembali situs www.usahabatik.com. Karena Khoirul Taqwim sedang memaintenance
situs yang lebih besar lagi dalam membangun usaha batik nusantara.
Berangkat dari perjalanan Khoirul Taqwim dalam membangun situs di dunia
maya, dan akhirnya Khoirul Taqwim jatuh hati sampai sekarang, untuk terus
menerus mengaplikasikan dalam pengembangan usaha batik nusantara menuju batik
yang tidak hanya diakui ditingkat Nasional, tetapi berupaya membangun batik di
tingkat Internasional.
Sedangkan masalah ke-Islaman Khoirul Taqwim masih giat menulis di berbagai
artikel tentang agama, filsafat, sastra, sosial, politik, dan masih banyak lagi
tulisan-tulisan beliau Khoirul Taqwim atau sering disebut dengan istilah Gus
Wim.
Pada masa menempuh pendidikan tingginya, Gus Wim tak jarang menulis artikel
di berbagai media, baik kampus maupun di berbagai media lainnya, salah satunya
di jurnal Populis UIN Sunan Kali-Jaga Yogyakarta.
Pemikiran Khoirul Taqwim tak jarang muncul di dunia maya saat ini, tak
lepas dari masalah Islam tradisional, Liberal, Fundamental, dan artikel
ke-Islaman lainnya. Semua tak lepas dari Gus Wim dalam menelaah antara teks
maupun konteks ke-Islaman yang berkembang dari masa klasik sampai saat ini.
Khoirul Taqwim dengan berbagai pemikiran ke-Islaman mampu menyajikan hal baru
tentang masalah ke-Islaman tradisional yang sering dihakimi oleh golongan
ke-Islaman lainnya, dan dia Khoirul Taqwim berupaya memberikan penjelasan
tentang ke-Islaman secara jujur dan berani dalam menganalisa berbagai fenomena
keberagaman ke-Islaman. Sehingga Khoirul Taqwim dapat disebut sebagai sang
pembaharu dalam menyajikan berbagai Ilmu pengetahuan yang tersirat maupun yang
tersurat.
Dengan tulisan sederhana ini, semoga kita dapat mengambil hikmah dari
perjalanan sang pembaharu muda Khoirul Taqwim dalam menggapai berbagai
permasalahan kehidupan, baik mulai dari kegigihan beliau membangun situs,
hingga sampai keberhasilan Gus Wim sebagai sang pemikir muda yang maju dalam
memberikan berbagai solusi tentang ke-Islaman masa klasik maupun ke-Islaman yang
akan datang, dan paradigma pemikiran Gus Wim pola pikirnya tak sedikit
dipengaruhi beliau guru besar Ibn Khaldun dengan kitab yang tak asing lagi
bernama "Muqaddimah". Sehingga diwaktu menyelesaikan studinya Khoirul
Taqwim mengangkat "Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun Dengan Ekonomi
Islam".
Khoirul Taqwim atau Gus Wim sekarang berkecimpung di dunia pekerja sosial,
melalui Kemensos Khoirul Taqwim atau Gus Wim mengabdikan diri membangun ekonomi
masyarakat, Khususnya masyarakat Kabupaten Boyolali Jawa Tengah dalam
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik dengan menggabungkan diri sebagai
pendamping sosial di bawah lembaga Kemensos.
Mengenal lebih
dekat lagi tentang keberadaan Khoirul Taqwim atau disebut dengan istilah Gus Wim, tentunya semua tak lepas bahwa Gus
Wim merupakan seorang pemikir Islam dalam memberikan penyelesaian mengenai
ajaran ke-Islaman, melalui pola pikir yang mengedepankan dari sumber ajaran Islam sebagai kajian utama, dan berusaha memberikan sebuah pemahaman
tentang Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Dari permasalahan inilah Gus Wim
menempatkan diri sebagai sang kreator pemikir Islam.
Keberadaan Islam yang menjadi pemahaman masyarakat
Islam secara luas, telah bercampur baur antara tafsir Al-Qur'an dengan
Al-Qur'an. Sehingga pemahaman umat Islam antara teks maupun konteks Al-Qur'an
telah bercampur-baur yang sulit dibedakan. Karena pemahaman ajaran Islam antara
teks maupun konteks sudah terlanjur mendarah daging dalam kehidupan umat Islam,
tanpa melihat kebenaran yang nyata, tetapi hanya sebatas hasil tafsir yang
bersifat prasangka semata.
Gagasan Gus Wim sebagai sang pemikir Islam merupakan
sebuah keniscayaan. Karena disebabkan kondisi umat Islam telah mengalami kerusakan
pola pikir, tentunya semua itu perlu dibenahi secara tepat sasaran.
Cara mengobati Gus Wim dalam membangun pola pikir umat
Islam tak lepas dari memberikan sebuah penjelasan, bahwa wahyu Al-Qur'an
kebenarannya tidak perlu diragukan lagi, sedangkan tafsir Al-Qur'an masih harus
dikaji tentang kebenarannya. Karena tafsir Al-Qur'an sebatas buatan manusia
semata.
Gus Wim bukan mengecilkan makna tafsir Al-Qur'an,
tetapi Gus Wim berusaha memberikan sebuah penjelasan tentang sisi negatif dari
hasil tafsir Al-Qur'an yang terkadang tidak disadari oleh para pengkajinya.
Mengingat Al-Qur'an yang dibacakan, lalu diterjemahkan, dan lalu
ditafsiri. Kalau tidak teliti para pengkaji Al-Qur'an mempunyai anggapan, bahwa
apa yang disampaikan para pemuka agama atau disebut dengan istilah Ustadz
adalah: AlQur'an, padahal hasil cipta karsa sang Ustadz itu sendiri, tetapi
seolah-olah apa yang disampaikan ustadz semuanya adalah: Al-Qur'an.
Dari sinilah para pengkaji yang mendengarkan ceramah
sang Ustadz menganggap itu adalah: Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an tadi sudah
dibumbui atau ditambahi dengan terjemahan dan sekaligus dengan tafsirnya, dan
hasil tafsir merupakan sebuah bentuk dari karsa cipta manusia semata.
Lalu ada pertanyaan sederhana, apakah tidak boleh
menafsirkan Al-Qur'an? Bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sebuah
tafsir atau pemahaman tentang ke-Islaman bisa saja itu salah atau bisa saja itu
benar. Mengingat kebenaran itu milik Allah SWT, sedangkan manusia tak luput
dari salah dan khilaf, begitu juga hasil dari pemahaman Islam berupa tafsir
Al-Qur'an, tentunya tak luput dari salah dan khilaf pula.
Berangkat dari sinilah Gus Wim dapat dikatakan sebagai
sang kreator pemikir Islam, dan Gus Wim dapat dikatakan pula sebagai sang
pembeda antara kebenaran dan prasangka, tentunya semua tak lepas dari kemampuan
dia dalam membedakan Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Maka dari sini pula
gagasan-gagasan Gus Wim dapat dikatakan sebagai penggagas paradigma pemikiran
baru tentang ke-Islaman masa kini.
Kebenaran hanya milik Allah SWT, semua kehidupan di
semesta alam merupakan perjalanan dari kehendak Sang Maha pencipta semesta,
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan nikmat kepada para pembaca
gagasan-gagasan Gus Wim, Amin.............
Komentar